RIWAYAT HIDUP
SINGKAT
LUTHER KOMBONG?
Saya dilahirkan pada hari Rabu, tanggal 27
September 1950 di Tanah Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan, dari seorang ibu
bernama Maria Sumbung dan ayah yang
seorang TNI bernama Petrus Kombong.
Namun, sejak bayi saya tidak tinggal bersama kedua orang tua yang saya cintai, karena saya telah
diangkat sebagai anak oleh paman saya yang ketika itu sebagai seorang Anggota
POLRI yang bertugas di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Di Kota Pare-pare saya
dibesarkan, dididik dan disekolahkan, mulai dari sekolah rakyat sampai lulus
SMA.
Hidup sebagai “anak kolong” di asrama Polisi,
dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, tidak memberikan banyak pilihan
cita-cita bagi saya untuk melanjutkan sekolah ke Universitas.
Oleh karena itulah saya memilih sekolah yang tidak
lagi membutuhkan biaya dengan mendaftarkan diri ke AKABRI TNI AL setelah Tamat
SMA di Pare-pare pada tahun 1969, dan langsung mengikuti tes di Ujung Pandang
ketika itu. Saya sempat dinyatakan lulus pada test awal di Institusi Militer,
yang kemudian dikirim ke Malang untuk mengikuti tes selanjutnya.
Namun, pada tahap penentuan akhir, saya dinyatakan tidak lulus
“gagal”. Kegagalan inilah yang membuat
saya galau untuk menentukan langkah selanjutnya, dan malu untuk kembali lagi ke
Pare-Pare.
Dengan bekal niat dan tekad untuk
memiliki kehidupan yang lebih baik, saya mengambil keputusan untuk merantau ke
Kalimantan Timur dengan menggenggam semboyan yang dalam bahasa (Bugis)“ IYAPA
ULLISU NAREKKO URUNTU’NI USAPPA’E”, dan yang dalam bahasa TATOR (Tanah
Toraja) “YAPA KUSULE KE KUAMPA’MI TU
KUDAKA’NA”, yang bermakna “Saya
akan kembali setelah saya dapatkan apa yang saya cari”.
Sehingga dengan berbekal uang jalan
dari Angkatan Laut, saya pun berangkat dari Surabaya dan tidak ke Pare-Pare
lagi. Saya langsung ke Nunukan, Kalimantan Timur dengan kapal laut. Di Nunukan,
saya bekerja serabutan, menjadi tukang kayu, tukang cat rumah, sampai
mengumpulkan botol kosong untuk dijual.
Keberhasilan berwiraswasta tersebut
tentunya berkat ditopang oleh kerja keras, karena salah satu tekad saya, bahwa
“Saya harus hidup lebih baik dari kehidupan sebelumnya”.
Pada tahun 1986 saya mengajukan cuti diluar tanggungan negara
selama 3 tahun, namun cuti tersebut baru saya jalani 1,5 tahun, lalu saya
mengajukan surat permohonan berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena
ingin berkonsentrasi penuh di bidang bisnis.
Saya disarankan oleh Kepala
Kepegawaian Propinsi Kalimantan Timur untuk pensiun dini dengan meminta surat
keterangan dari dokter yang intinya menyatakan bahwa saya telah uzur. Maksud
beliau tentu baik, akan tetapi tawaran beliau spontan saya tolak karena
sesungguhnya saya memang masih sangat sehat.
Setelah berhenti dari PNS, saya
kemudian menjadi kontaraktor di beberapa perusahaan seperti PT. Suamalindo, PT.Troyana
dan lain-lain. Pekerjaan sebagai kontraktor ternyata sangat menjanjikan,
dan kondisi ekonomi saya waktu itu langsung meningkat pesat ibarat
meniup balon.
Berdasarkan pengalaman bertahun-tahun,
saya kemudian menyadari bahwa kalau
ingin sukses, lakukan 5 hal “5 kunci sukses”.
5 Kunci Sukses Luther Kombong:
1. BERANI
→ Bahwa sukses hanyalah milik orang yang
berani.
2. KERJA KERAS
→ Bahwa pekerja keras pastilah
menghasilkan sesuatu .
3. JUJUR
→ Bahwa kejujuran akan melahirkan
kepercayaan, dan kepercayaan di atas segala-galanya.
4.
MANAJEMEN DAN
ADMINISTRASI
→ Bahwa hal ini sangat menentukan maju
tidaknya sebuah perusahaan/ Organisasi.
5.
LINGKUNGAN
→ Bahwa pendekatan lingkungan sosial harus terus dijalin untuk menjaga hubungan atau relasi.
→ Bahwa pendekatan lingkungan sosial harus terus dijalin untuk menjaga hubungan atau relasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar